1) Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing
Indonesia adalah negara yang
wilayahnya sangat luas dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
dengan berbagai bahasa daerah, serta berbagai latar belakang budaya yang tidak
sama,pengertian
mengenai beda antara bahasa dengan dialek sering kali terkacaukan. Misalnya,
yang disebut bahasa Pakpak dan bahasa Dairi di Sumatera Utara secara 1inguistik
adalah satu bahasa yang sama karena tata bunyi, tata bahasa, dan Ieksikonnya
sama; dan kedua anggota masyarakat tutur kedua bahasa itu dapat saling mengerti
(mutually intelligible); tetapi masyarakat bahasa di sana menganggap sebagai
dua bahasa yang berbeda. Sebaliknya, bahasa Jawa Cirebon yang sudah sangatjaub
bedanya dengan dialek bahasa Jawa yang lain, masih dianggap sebagai bahasa Jawa
(lihat Ayatrohaedi 1990). Kedua, seperti dilaporkan Tallei (1976), Yahya (1977),
dan Danie (1987) banyak penutur bahasa daerah di Sulawesi Utara yang menyamakan
dialek Melayu Maiiado sama dengan bahasa Indonesia tetapi sebaliknya banyak
penutur bahasaMelayu di Riau yang menganggap bahasa yang mereka gunakan bukan
bahasa Indonesia
Persoalan kita sekarang masih
perlukah kita niendatajumlah bahasabahasa daerah yang ada di Indonesia.
Jawabannya adalah "ya", sebab apabila kita mengetahui keadaan
kebahasaan di Indonesia dengan tepatatau agák tepat kita akan dapat membuat
perencanaan bahasa dengan lebih tepat lagi.
Status sosial politik, dalam arti kedudukan dan
fungsi, ketiga bahasa itu telah dirumuskan dalam seminar politik bahasa
nasional yang diadakan di Jakarta bulan Februari tahun 1975. Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional
bahasa negara. Kedudukannya sebagai bahasa nasional dimulai ketika dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pendahulu kita mengangkatnya dari
bahasa Melayu, yang sejak abad kè-16 telah menjadi lingua franca di seluruh
Nusantara, menjadi bahasapersaivan, yang akan digunakan sebagai alat petjuangan
nasional. Kedudukannya sebagai bahasa negara berkenaan dengan ditetapkannya di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36. bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia nienjalankan tugas sebagai (1) lambang kebanggaan
nasional, (2) lambang identitas nasional (3) sarana penyatuan bangsa dan (4)
sarana perhubungan antarbudaya dan daerah. Lalu, dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia bertugas sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lenibaga lembaga pendidikan (3) sarana
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan,dan (4) sarana di pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Dari
fungsi-fungsi yang diembannya sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara
Republik Indonesia.
Bahasa-bahasa lain yang
merupakan bahasa penduduk asli seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali,
bahasa Bugis, dan sebagainya berkedudukan sebagai bahasa daerah.
Kedudukan bahasa - bahasa daerah ini di jamin kehidupan dan kelestariannya
seperti dijelaskan pada Pasal 36 Bab XV Undang-Undang Dasar 1945. Bahasa daerah
mempunyai tugas sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
daerah, (3) sarana perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4)
sarana, pengembangan serta pendukung kebudàyaan daerah. Selain itu, di dalam hubungannya dengan tugas bahasa Indonesia,
bahasa daerah ini bertugas pula sebagai (1) penunjang bahasa nasional, (2)
sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan (3) bahasa pengantar pembantu pada,tingkat
permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran
bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara
sosial politik merupakan bahasa kedua.
Bahasa-bahasa lain yang bukan
milik penduduk asli seperti bahasa Cina, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa-bahasa
tersebut bertugas. sebagai (1) sarana perhubungan antarbangsa, (2) sarana
pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan (3) alat untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknohogi ,bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di
dalam wilayah negara Republik Indonesia
bahasa pertama, bahasa kedua, dan. bahasa . Ketiga
biasanya digunakan sebagai istilah dalam urut-urutan pemerolehan atau penguasan
bahasa. Bahasa yang mula-mula dipelajari seorang anak, biasanya dan lingkungan
keluarganya, disebut bahasa pertama atau bahasa ibu. Sebagian besar anak
Indonesia memiliki bahasa pertama adalah bahasa daerahnya masing-masing.
Kemudian kalau pergi ke sekolah. dan mempelajari bahasa indonesia, maka bahasa
Indonesia tersebut sebagai bahasa kedua. Kalau kelak berikutnya di sekolah
menengah dia belajar pula bahasa Inggris, maka bahasa inggris itu disebut
bahasa ketiga.
Penggunaan bahasa Indonesia
semakin hari semakin meluas, dan jumlah penuturnya bertambah banyak. Ada
beberapa alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, karena bahasa Indonesia
memiliki status sosial tinggi yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi
kenegaraan. Ini berarti dapat berbahasa Indonesia mempunyai rasa kebanggaan
tersendiri, yaitu kebanggaan nasional. Sumarsono (1990) melaporkan masyarakat
tutur minoritas Melayu Loloan di Bali dapat mempertahankan bahasanya dan pengaruh
bahasa Bali, tetapi tidak dapat mempertahankan diri dari pengaruh penggunaan
bahasa Indonesia. ini terjadi sebagai akibat bahwa bahasa Indonesia adalah
bahasa nasional dan bahasa negara sedangkan bahasa Bali ada hanyalah sebuah,
bahasa daerah.
2) Bahasa Indonesia Berasal dari Pijin?
Dalam studi sosiologinguistik
ada satu hal yang menarik mengenai asal-usul bahasa Indonesia, yaitu adanya
pendapat darl pakar asing yang memiliki reputasi nama internasional bahwa
bahasa Indonesia standar berasal dari sebuah pijin yang disebut Bazaar Malay
atau Low Malay. Pendapat ini mula-mula dilontarkan oleh seorang sejarawan
kenamaan G.M. Kahin dalam bukunya yang berjudul Nationalism and Revolution in
Indonesia (Cornell University press 1952). Pendapat Flail ini banyak diikuti
oleh pakar lain seperti Hopper (1972), dan di Indonesia oleh Poedjosoedarmo
(1978) dan Alwasilah (1985).
Benarkah bahasa Indonesia
standar berasal dan sebuah Pijin? kita harus menelusuri dulu perkembangn bàhasa
Melayu dari abad ketujuh, zaman Sriwijaya, dan perkembangannya sebagai 1ingua
franca mulai dan pelabuhan-pelabuhan di India sebelah barat sampai ke wilayah
Maluku di sebelah timur. Dalam buku ini tentu tidak sempat kita bicarakan
(tetapi Anda dapat melihat tulisan-tulisan dari Alisjahbana, Teeuw, Prentice
dan Steinhauer di dalarn Kridalaksana 1990). Dari perkembangan dan
penyebarannya yang begitu luas, digunakan sebagai Iingua frarca oleh berbagai
bangsa dan suku bangsa untuk berbagai keperluan seperti perdagangan, politik,
perjuangan, penyebaran agama, kesusastraan, dan sebagainya, maka kita dapat
membedakan adanya:
(1) Sejumlah besar bahasa-bahasa Melayu di
daerah inti atau asal bahasa Melayu, yakni di sepanjang pantai timur Pulau
Sumatera, Semenanjung Malaya, wilayah bágian selatan Muangthai, dan sepanjang
pantai Kalimantan, termasuk Kalimantan utara.
(2) Bahasa yang mirip bahasa Melayu yang
masing-masing merupakan kumpulan dialek tersendiri seperti Minangkabau dan Kerinci.
(3) Bahasa pijin, Melayu Pasar, yang terdapat
di berbagai tempat di seluruh Nusantara, yang akhirnya menjadi kreol-kreol,
seperti di Manado, Ambon, Ternate, Banda, Kupang, Jayapura, Fakfak, Merauke,
Larantuka, dan Banjar. Termasuk juga yang disebut Baba Malay, yang digunakan
oleh keturunan etnis Cina.
(4) Kelompok Melayu lain seperti Melayu Jakarta
dan Melayu Loloan di Bali. Dialek Jakarta, seperti dikemukakan Steinhauer(
1990, asalnya dari 1980) tampaknya agak unik, sebab selain mengandung banyak
unsur-unsur Melayu klasik juga banyak sekali dipengaruhi oleh unsur nonMelayu,
Bahasa Melayu Loloan di Pulau Bali, seperti dilaporkan Sumarsono (1990) dibawa
langsung oleh sisa-sisa pasukan Pontianak dan Bugis ke daerah itu.
(5) Kelompok bahasa Melayu Pustaka, Melayu
Tinggi, yang mula-mula berpusat di Johor dan Riau;
Dari pengelompokan di atas
menjadi jelas bagi kita dari bahasa Melayu mana yang dijadikan dasar akan
bahasa Indonesia standar. Tentu saja bukan dari kelompok (1), (2), (3), dan
(4), melainkan dari kelompok (5), yaitu yang berkembang dan pusat pemerintahan
di Jakarta. Proses pembakuannya dimulai dengan penetapan ejaan oleh Ch A. Van
Ophuijsen tahun 1901; dilanjutkan dengan panerbitan buku-buku Balai Pustaka,
penerbitan Majalah Pujangga Baru; dengan adanya Kongres Bahasa I tahun 1938 di
kota Solo; penetapannya sebagai bahasa negara daarn Undang-Undang Dasar 1945.
Poedjosoedarmo (1978) dan
Alwasilah (1985) tetap sependapat dengan Hall, tanpa menyinggung bantahan
Kridaiaksana itu. Ada baiknya sanggahan Kridaiaksana terhadap pendapat Hall itu
dikemukakan di sini Daiam sanggahan itu Kridalaksana mengajukan fakta-fakta
yang intinya:
(1) Ketika diangkat menjadi bahasa Indonesia
dalarn Sumpah Pemuda tahun 1928 bahasa Melayu telah merupakan bahasa penuh
(full-fledged language) dan menjadi bahasa ibu dari masyarakat yang tinggal di
wilayah Sumatera sebelah timur, Riau dan Kalimantan-dan bahasa Melayu ini pun
telah mempunyai kesusastraan.
(2) Sebelurn menjadi bahasa Indonesia, bahasa
Melayu ini telah melalui proses standardisasi, terutama melalui sistem
pendidikan kolonial Belanda.
(3) Di samping bahasa Melayu yang fill-fledged
itu terdapat pula variasi lain yang disebut bahasa Melayu Pasar yang digunakan
oleh pedagang-pedagang Cina, dan oleh orang-orang Belanda dalam berbicara
dengan orang-orang yang dijajahnya. Bahasa Melayu Pasar ini jelas merupakan
pijin.
(4) Di samping itu terdapat pula sejumlah kreol
yang berdasar bahasa melayu seperti bahasa Melayu Manado Melayu Timor dan
Melayu Ambon, yang hingga kini tidak mempunyai kesusastraan.
(5) Dialek-dialek Melayu yang nonstandar juga
ada, seperti dialek Melayu Langkat, Melayu Deli, danMelayu Jakarta Begitu juga
dialek-dialek regional yang ada di Semenanjung Malaya.
3) Pembakuan Bahasa Indonesia
Pembakuan bahasa menyangkut
semua aspek atau tataran bahasa yaitu intaksis, kosakata, dan peristilahan. Pembakuan ejaan
telah dimulai tahun 1901 oleh Ch.A. Van Ophuijsen seorang sarjana Belanda. Baru
setelah Indonesia merdeka, Menteri
pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan, Mr. Suwandi, pada tahun 1947, merevisi ejaan Van
Ophuijsen itu. Hasilnya, berupa ejaan yang lebih sederhana, yang disebut Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik. Dalam Kongres
Bahasa Indonesia II di kota Medan tahun 1954.
Segera dibentuk panitia
penyempurnaan ejaan yang diketuai oleh Prof Prijono dan Katopo Hasilnya adalah
konsep ejaan baru yang disebut sebagai Ejan Prijono-Katopo. Sebelum ejaan ini dilaksanakan ada
keinginan dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (yang diberi kemerdekaan tahun 1956) untuk Pelaksanaannya
diumunkan oleh presiden dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1972
4) PengajaranBahasa
Masalah pendidikan dan
pengajaran bahasa sebagai salah satu
topik dalam sosiolinguistik, dan selagai salah satu sarana untuk pembakuan dan pembinaan bahasa.
Dalam pendidikan formal, pendidikan bahasa
Indonesia rnempunyai dua muka Pertama, sehagai bahasa pengantar di dalam pendidikan, dan kedua, sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari. Sebagai mata pelajaran
bahasa Indonesia termasuk
mata petajaran penting, sama dengan
pendidikan agama
5) Sikap dan Kemampuan Berbahasa Indonesia
Secara
nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat kedua, dan bahasa asing
Bagi sebagian (kecil) orang
Indonesia ada faktor lain yang menyebabkan rnereka menempatkan bahasa asing(baca: Inggris) tidak pada tempat di bawah
bahasa Indonesia, melainkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap itu adalah pandangan social ekonomi dan bisnis Penguasaan bahasa inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan
taraf social ekonomi yang jauh lebih baik dari pada hanya menguasai bahasa
Indonesia
Kalimat-kalimat yang
tidak jelas
-
Penulis
berharap semoga dengan karya tulis ini dapat mendobrak kesan guru yang tidak
benar dan sangat menyakitkan itu
-
Diharapkan
dari hasil penulisan ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan,
karena dengan adanya paper ini dapat diciptakan proses belajar mengajar menjadi
lancer.
Badudu (1989) dan Djabarudi (1989)
dalam suatu seminar mengenai pembinaan bahasa melaporkan ketidaktertiban dan ketidakcermatan bahasa dalam pers.
-
Dengan selesainya fasilitas
pendidikan tinggi utama ini akan melengkapi fasilitas-fasilitas yang sudah ada sebelumnya.
-
Vonis dijadwalkan akan dijatuhkan
akhir bulan ini
-
Sewaktu digeledah, petugas menemukan
buku-buku terlarang di dalam tasnya.
-
Tengah malam ketika akan mengambil
air sembahyang, Ny. Dh., untuk sholat tahajud, tiba-tiba disekap 3 orang tak
dikenal dan menyumbat mulutnya, kemudian menggotong ke tengah sawah di dekat dusunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar