Pendekatan sebagai suatu prinsip
atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi dapat
bermacam-macam yaitu:
1. Pendekatan
Parafrastis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan
parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra
dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan
menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat
yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan
parafrastis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat
seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang
terdapat dalam suatu cipta sastra.
Penerapan pendekatan parafrastis
selain untuk mempermudah upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan
untuk mempertajam, memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh
pembaca itu sendiri. Sebab itu, dalam pelaksanaannya nanti, pendekatan
parafrastis ini, selain dapat dilaksanakan pada awal kegiatan mengapresiasi
sastra, juga dapat dilaksanakan setelah kegiatan apresiasi berlangsung.
2. Pendekatan
Emotif dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan emotif dalam
mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca.
Prinsip-prinsip dasar yang meletarbelakangi adanya
pendekatan emotif yaitu pandangan bahwa cipta sastra merupakan dari karya seni
yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu
memberikan hiburan dan kesenangan.
Selain
berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan berhubungan dengan
masalah gaya bahasa seperti metafor, simile maupun penataan setting yang mampu
menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat
berhubungan dengan menyampain cerita, peristiwa, maupun gagasan tertentu yang
lucu dan menarik sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan kepada
pembaca.
Penikmatan keindahan itu lebih
lanjut juga dapat berhubungan dengan masalah pola persajakan dan paduan bunyi
yang lebih lanjut dapat menghadirkan unsur-unsur musikalitas yang merdu dan menarik.
Untuk
menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung kelucuan, anda tentunya
juga harus memilih cipta sastra yang
tertentu. Ragam itu misalnya ragam humor dan ragam komedi.
3. Pendekatan
Analitis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan
analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam
menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari
setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan
kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
Dalam
pelaksaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan membaca
teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca menampilkan beberapa pernyataan
yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta sastra yang
dibacanya. Misalnya, sewaktu pembaca mengapresiasi salah satu judul cerpen,
lewat judul cerpen yang bacanya itu, setelah pembaca melaksanakan kegiatan baca
terhadap keseluruhan cerpen itu secara skimming, pembaca lebih lanjut
menampilkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya bagaimana penokohannya, setting-nya,
perwatakan setiap tokoh, dan pertanyaan tentang unsur intrinsik lain yang
terdapat dalam cerpen itu. Setelah itu, pembaca kembali membaca ulang sambil
berusaha menganalisis setiap unsur yang telah ditetapkannya.
4. Pendekatan
Historis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan historis adalah suatu
pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar
belakang peristiwa kesejarahan yang melatar belakangi masa-masa terwujudnya
cipta sastra yang dibaca, serta bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan
maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
Prinsip
dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan ini adalah anggapan bahwa cipta
sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari zamannya. Salain itu, pemahaman
terhadap biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami kandungan
makna dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam
pendekatan sosiosemantik / sangat mengutamakan konteks , baik konteks sosio,
budaya, situasi atau zaman maupun konteks kehidupan pengarangnya sendiri.
5. Pendekatan
Sosiopsikologis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan
sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan
masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan
kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam
pelaksaannya, pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan pendekatan
historis. Akan tetapi, selama masalah yang akan dibahas untuk setiap pendekatan
itu dibatasi dengan jelas, maka ketumpangtindihan itu pasti dapat dihindari.
Contoh penerapan pendekatan
sosio-psikologi itu misalnya kita membaca puisi Chairil berjudul “Diponegoro”
jika dalam pendekatan historis kita dapat membahasnya lewat pembahasan tentang
biografi pengarang, peristiwa kesejarahan yang terjadi pada masa itu serta
telaah tentang bagaimana perkembangan ataupun hubungan antara puisi “Diponegoro” itu dengan puisi-puisi Chairil
sebelumnya maupun dengan perkembangan karya sastra pada umumnya. Maka dalam
pendekatan sosio-psikologis, apresiator berusaha memahami bagaiman kehidupan
sosial masyarakat pada masa itu, bagaimana sikap pengarang terhadap
lingkungannya, serta bagaimana hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya.
6. Pendekatan
Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan
didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan,
tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan,
tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu
pandangan etis, filosof, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai
yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan
pendekatan didaktis ini diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok
pikiran yang terdapat dalam suatu cipta karta. Satuan pokok pikiran itu pada
dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuturan
ekspresif, komentar, dialog, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau
penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing
kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika
Malin kundang itu akhirnya mati karena durhaka kepada ibunya, maka dalam
hidupnya, manusia itu harus bersifat baik kepada orang tua.
Daftar Pustaka
Aminuddin.
2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Malang: Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar