CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 20 Desember 2011

Kesan-Kesan Bersama Drs.Wahyudi El Panggabean, M.Pd



            Di ruang 6.21 mahasiswa dan mahasiswi  progaram studi Bahasa Indonesia kelas 3 D masuk mata kuliah menulis. Suasana kelas tampak tenang tidak ada suara ribut. Hanya suara Drs. Wahyudi El Panggabean, M.pd saja yang terdengar. Mahasiswa dan mahasiswi anak 3 D dengan fokusnya mendengarkan apa yang dijelaskan dan diceritakan oleh Drs. Wahyudi El Panggabean, M.pd. Dosen membaca semester 3 ini mempunyai kharisma tersendiri hingga lokal kami yang biasa ribut atau ada salah satu yang bercerita dengan teman sebelah tetapi setiap masuk dengan dosen menulis yaitu Drs. Wahyudi El Panggabean, M.pd lokal kami tiba-tiba tenang.
            Drs. Wahyudi El Panggabean. M.Pd adalah seoarang dosen yang sangat menghargai setiap tugas yang kami buat dan rajin untuk memeriksanya. Sehingga saya sangat termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikannya dan lebih bersemangat. Beliau juga sangat menghargai apa yang menjadi pendapat kami. Sehingga timbul percaya diri dalam berbicara.
            Dalam mengajar Drs. Wahyudi El Panggabean. M.Pd selalu memberikan contoh hal-hal yang pernah dialaminya sehingga kami dapat memahami apa yang dijelaskannya. Setelah menjelaskan Drs. Wahyudi El Panggabean. M.Pd akan memberikan tugas pada kami sehingga kami akan langsung mempraktekkannya apa yang dibahas pada mata kuliah membaca dan kami akan lebih mengerti serta sambil mengasah atau menggali kemampuan yang ada dalam diri kami dalam hal menulis.
            Drs. Wahyudi El Panggabean. M.Pd selalu mengatakan pada kami untuk menulis apa yang kita alami agar kami memiliki keterampilan dalam menulis. Karena keterampilan menulis ada karena terbiasa menulis. Saya masih ingat apa yang dikatakannya “siapa saja yang mengangkat pena untuk menulis berarti ia melakukan perjuangan (Yoltaire),” ujarnya. Kita juga harus menghilangkan penghalang yang ada dalam diri kita agar kita mencoba menulis dan dipraktekkan atau dimasukkan dalam bloger sehingga terwujudlah materi kami yaitu menulis di blog atau menulis di internet.
            Dari tugas wawancara saya baru mengetahui ada kehidupan yang menarik dibalik penjual-penjual yang berjualan di sekitar pasar Ramayana. Ada sebuah kemandirian yang tertanam dalam diri mereka dan mereka mensyukuri apa yang ia dapat walaupun terkadang mereka rugi. Ada banyak pelajaran yang bisa saya petik dari kehidupan orang lain. Mereka tanpa mengeluh menjalani setiap kesusahan dan masalah yang dihadapinya. Drs. Wahyudi El Panggabean. M.Pd memberikan suatu nilai dari kehidupannya yaitu pentingnya sebuah kejujuran sebagai dasar setiap pekerjaan.



Sabtu, 17 Desember 2011

Sifat Ulat Bulu Meminggirkan Takdir


Ulat..
Bulu..
Menari di pepohonan
Pohon..
Dengan penuh rahasia penderitaan yang telah tampak beribu pasang mata
Menggrogoti daun dengan sifat acuhnya
Bulunya berimbas rakyat yang tak berdosa
Merampas hak-hak yang bukan miliknya
Membunuh beribu pohon

Ahhhh....
siapa dia?
Manusia..
Mungkin..
Ulat
Ulat bulu
Janji berubah arti
Miskin..
Kata diam meski memanjat derita
Kata usang beralaskan yang ada
Kata iba meski yang kaya makin kaya
Kata kekurangan tapi mensyukuri yang ada
Panas memeras kemauan tanggung jawab kesakralan sekali seumur hidup
Tulang meretak meski tak dirasa
Cinta penguat gubuk reyot dan tak layak dengan jejeran manusia menyandarkan letih
Sesuap nasi bararti tetesan keringat yang tiada henti
Aliran keringat adalah warna kerasnya hidup


Kamis, 08 Desember 2011

Kepergianmu



            Di dalam rumah sederhana terlihat aku yang baru bangun tidur dan bergegas mandi. Di dapur terlihat ibuku yang sedang memasak.  Ayahku, adikku, kakakku dan suami kakakku  sedang sibuk dengan kesibukan masing-masing mempersiapkan diri untuk pergi ke masjid. Dan akhirnya kami sekeluarga pergi ke masjid.
            Mentari mulai menampakkan sinarnya. Sayup-sayup mengagungkan tuhan telah menggema dari malam yang gelap dengan taburan bintang hingga pagi dengan bunyi langkah kaki setiap orang yang ingin pergi ke masjid untuk salat Idul fitri itu  menggambarkan aura kesakralan di hari kemenangan.
            Aku telah pulang dari masjid. Teringat 3 bulan yang lalu ayahku pernah berkata “lebaran idul fitri tahun depan kita sekeluarga ke Rumah nenek dulu, setelah itu baru pergi ke rumah-rumah tetangga yang dekat,” ujarnya. Tetapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Hari yang ditunggu itu telah tiba tetapi kakekku sudah tidak ada lagi. lebaran tahun 2010 ini adalah lebaran idul fitri pertamaku tanpa kehadiran kakekku. Penyesalan memamang selalu datang di akhir. Mengapa diwaktu kami ingin mengubah kebiasaan dan mendahulukan meminta maaf terlebih dahulu dengan orang tua ibuku karena biasanya lebaran ke 2 baru kami ke rumah nenek tetapi  kakekku telah tiada.
            Setelah meminta maaf dengan kedua orang tuaku, kakakku, adikku, dan suami kakakku kami sekeluarga pergi ke rumah nenek. Setelah sampai dirumah nenekku aku melihat disudut ruang tamu di situlah kakekku terbiasa duduk saat kami sekeluarga saling meminta maaf. Aku meminta maaf pada nenekku “maafkan segala kesalahanku nenek,” ujarku dengan kesedihan yang tersimpan didalam hati dan air mata itu tidak jatuh tetapi hatiku menangis. Aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan kerinduanku pada kakekku sehingga tanpa kusadari aku meminta maaf pada nenekku sampai 2 kali.
            Di mulai hari itu aku tidak akan lagi mendengar suaranya dan do’a yang diucapkannya untukku  “semoga jadi orang yang sukses,’ ujarnya. Kata itu masih terngiang dan akan kuingat selama hidupku.
            Kenangan-kenangan demi kenangan mengalir terbawa suasana hatiku yaitu  pada saat aku pergi ke Rumah sakit Ibnu Sina pada hari minggu karena hanya hari itu aku libur kuliah. Aku melihat keadaan kakekku yang sedang sakit. Terasa olehku rasa sakit dan penderitaan kakekku yang terbaring di tempat tidur yang disediakan rumah sakit. Aku tidak tega melihat pemandangan yang memilukan itu. “aku mau pulang,”kata kakekku memecah kesunyian salah satu kamar di rumah sakit. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata itu terucap. 
            Aku, ayahku, dan ibuku berpamitan pada kakekku. Dengan taxi akhirnya sampai juga aku di Gramedia. Aku keluar dari taxi itu dan melanjutkan ke Marpoyan dengan naik Busway. Ibuku dan ayahku melanjutkan perjalanannya. Keduanya akan naik mobil Travel setelah taxi itu berhenti di rumah sakit Awalbros karena mobil travel ke Belilas telah menunggunya disana.
            Malam telah menunjukkan jam 21.00 malam. Hatiku gundah dan air mata tiba-tiba mengalir di pipiku. Aku takut kehilangan kakekku yang sangat kusayangi itu. Akhirnya aku tertidur. Jam 01.00 malam handphoneku berbunyi dan aku terbangun. Terdengar suara ayahku “kakekmu meninggal,”ujarnya. Aku kaget mendengar berita itu dan air mata mengalir dan tak terbendung lagi. Aku tidak bisa pulang dan melihat kakekku dikuburkan karena ayahku tidak membolehkan aku pulang.
            Aku tidak pernah menduga bahwa pertemuan di Rumah Sakit Ibnu Sina adalah pertemuan terakhirku dengan kakekku. Keesokan harinya baru kusadari bahwa setiap manusia pasti akan pergi dan menghadap sang khalik. Sehingga aku mencoba mengikhlaskannya, dan akan kusimpan kenangan indah saat bersamanya. Walaupun raga tidak bisa lagi saling menyapa tetapi kasih sayang yang diberikan seorang kakek terhadap cucunya akan tetap membekas dalam hati.


Jumat, 02 Desember 2011

Kehidupan Kemadirian Jalanan



            Sesungguhnya sekiranya salah seorang diantara kamu sekalian mencari kayu bakar dan dipikulnya ikatan kayu itu, maka yang demikian itu lebih baik baginya dari pada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberi atau pun tidak memberinya. (HR. Bukhari dan Muslim).

            Kemandirian jalanan adalah salah satu cara untuk tetap mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan yang harus terpenuhi setiap harinya. Kemandirian jalanan dilakukan oleh orang-orang yang mau bekerja keras walaupun hanya dengan modal yang sedikit. Terik matahari membakar kulit dan salah satu dari mereka berjualan pada malam hari melawan dinginnya malam tetapi mereka tetap bersemangat demi kebutuhan hidupnya terpenuhi dan demi membantu orang tunya. Mereka tidak perduli walaupun terkadang mereka di usir oleh satpol PP pada saat melakukan razia, di usir oleh satpam, dan kehujanan. Hal itu lebih baik dari pada meminta-minta.
            Kemandirian jalanan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua yang ingin memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tetapi juga dilakukan oleh anak-anak yang baru duduk di Sekolah Dasar (SD) dan SMP. Salah satu dari mereka adalah Fajar dan Putri yang harus membantu orang tuanya. Putri adalah seorang penjual salalawuak. Fajar adalah penjual aksesoris. Mereka berdua berjualan di Pasar Ramayana di Pekanbaru dan berjualan setelah pulang sekolah. Ada yang  perlu dicontoh dari fajar. Seorang anak yang masih duduk di Bangku kelas 6 SD yaitu dapat membiayar uang SPPnya sendiri tanpa meminta pada orang tuanya dan terkadang ia tidak meminta uang jajan pada orang tuanya, tetapi mengguanakan uang sendiri dari hasil berjualan. Hal itu sangat jarang dilakukan pada saat sekarang yang hanya meminta uang sekolahnya dan kuliahnya  pada orang tuanya serta menggantungkan kebutuhannya pada orang tua.
                Kemandirian jalanan merupakan salah satu cara yang untuk mengurangi kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Pemerintah diharapkan memberikan modal dan keterampilan pada keluarga miskin agar mereka membuka usaha sendiri. Dengan cara ini diharapkan rakyat Indonesia terbebas dari  kemiskinan dan tidak ada lagi rakyat Indonesia yang meminta-minta dijalanan.