CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 05 Maret 2013

Medan Makna

Medan makna merupakan kelompok kata yang maknanya saling terjalin, maka kata-kata umum dapat  mempunyai anggota yang disebut hiponim. Contoh : makanan yang mempunyai hiponim: lauk-pauk dan sayur-sayuran; kata lauk-pauk  mempunyai hiponim: tahu, tempe, ayam goreng, ikan goreng.



Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Umpamanya, nama-nama warna membentuk  medan makna tertentu. Begitu juga dengam nama perabot rumah tangga, istilah olah raga, dan istilah kekerabatan. Contoh: Istilah-istilah kekerabatan dalam bahasa jawa  untuk menyebut seseorang didalam kelompok kerabatnya adalah sebagai berikut:
  1. Ego menyebut orang tua laki-laki dengan Bapak atau Rama. 
  2. Ego menyebut orang tua perempuan dengan Simbok atau Biyung.
  3. Ego menyebut kakak laki-laki dengan Kamas, Mas, Kakang Mas, Kakang, Kang. 
  4. Ego menyebut kakak perempuan dengan Mbak Yu, Mbak, Yu. 
  5. Ego menyebut adik laki-laki dengan Adhi, Dhimas, Dik, Le. 
  6. Ego menyebut adik perempuan dengan Adhi, Dhi Ajeng, Ndhuk, Dhenok.
  7. Ego menyebut kakak laki-laki dari ayah atau ibu dengan Pak Dhe, Siwa, Uwa. 
  8. Ego menyebut kakak perempuan dari ayah atau ibu dengan Bu Dhe, Mbok Dhe, Siwa. 
  9. Ego menyebut adik laki-laki dari ayah atau ibu dengan Paman, Pak Lik, Pak Cilik. 
  10. Ego menyebut adik perempuan dari ayah atau ibu dengan Bibi, Buklik, Ibu Cilik, Mbok Cilik. 
  11. Ego menyebut orang tua ayah atau ibu baik laki-laki maupun perempuan dengan Eyang, Mbah, Simbah, Kakek, Pak Tua. Sebaliknya Ego akan disebut Putu. 
  12. Ego menyebut orang tua laki-laki/ perempuan dua tingkat diatas ayah dan ibu Ego dengan Mbah Buyut. Sebaliknya Ego akan disebut dengan Putu Buyut, Buyut. 
  13. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan tiga tingkat diatas ayah dan ibu Ego dengan Mbah Canggah, Simbah Canggah, Eyang Canggah. Sebaliknya Ego akan disebut Putu Canggah, Canggah.


Kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco) yang berarti ada di tepat yang sama. kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu tempat atau satu lingkungan. Jadi, kekerabatan dalam suku jawa temasuk dalam golongan makna kolokasi karena membicaraaan berada pada satu tempat atau satu lingkungan yaitu membicarakan tentang kekerabatan dalam bahasa jawa. Dalam kekerabatan suku jawa  dibagi lagi menjadi 13 kolokasi yaitu:

  1. Ego menyebut orang tua laki-laki dengan Bapak atau Rama.
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang peneyebutan orang tua laki-laki. 
  1. Ego menyebut orang tua perempuan dengan Simbok atau Biyung.
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan orang tua perempuan.
  1. Ego menyebut kakak laki-laki dengan Kamas, Mas, Kakang Mas, Kakang, Kang. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan kakak laki-laki.
  1. Ego menyebut kakak perempuan dengan Mbak Yu, Mbak, Yu. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan kakak perempuan.
  1. Ego menyebut adik laki-laki dengan Adhi, Dhimas, Dik, Le. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan adik laki-laki.
  1. Ego menyebut adik perempuan dengan Adhi, Dhi Ajeng, Ndhuk, Dhenok.
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan adik perempuan.
  1. Ego menyebut kakak laki-laki dari ayah atau ibu dengan Pak Dhe, Siwa, Uwa. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan kakak laki-laki dari ayah atau ibu.
  1. Ego menyebut kakak perempuan dari ayah atau ibu dengan Bu Dhe, Mbok Dhe, Siwa. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan kakak perempuan dari ayah atau ibu
  1. Ego menyebut adik laki-laki dari ayah atau ibu dengan Paman, Pak Lik, Pak Cilik. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan adik laki-laki dari ayah atau ibu.
  1. Ego menyebut adik perempuan dari ayah atau ibu dengan Bibi, Buklik, Ibu Cilik, Mbok Cilik. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan adik perempuan dari ayah atau ibu.
  1. Ego menyebut orang tua ayah atau ibu baik laki-laki maupun perempuan dengan Eyang, Mbah, Simbah, Kakek, Pak Tua. Sebaliknya Ego akan disebut Putu. 
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan orang tua ayah atau ibu baik laki-laki maupun perempuan.
  1. Ego menyebut orang tua laki-laki/ perempuan dua tingkat diatas ayah dan ibu Ego dengan Mbah Buyut. Sebaliknya Ego akan disebut dengan Putu Buyut, Buyut.
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan orang tua laki-laki/ perempuan dua tingkat diatas ayah.
  1. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan tiga tingkat diatas ayah dan ibu Ego dengan Mbah Canggah, Simbah Canggah, Eyang Canggah. Sebaliknya Ego akan disebut Putu Canggah, Canggah.
Berkolokasi dalam pembicaraan tentang penyebutan orang tua laki-laki/perempuan tiga tingkat diatas ayah dan ibu Ego.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar