Jumat, 17 Mei 2013
Alamayang, Pekanbaru
Sahabat
Kebersamaan berakhir
rindu
Saling percaya, tak
saling menyakiti
Tempat berbagi suka,
duka
Ada saat bahagia maupun
duka
Kedekatan tanpa
memanfaatkan
Sahabat...
Tempat menghilangkan
kesendirian hidup
Tawa, canda
Kebersamaan tak habis dengan
kata-kata
Tak bisa diukur dengan
harta tapi rasa
Jauh terpisah, tetap berjalan bersama langkah
kehidupan
Namamu melekat pada
raga, terkenang
Menyatu dengan nafas
Terukir disetiap detak
jantung
Arti Keluarga bagi Seseorang
Keluarga
merupakan orang yang paling mengerti kita, dan tempat kita merasa lebih nyaman.
Karena hanya keluarga yang bisa menerima semua kekurangan kita dan semua
kesalahan kita. Pertama kali yang menyambut kelahiran kita adalah keluarga.
Kita hidup dari kasih sayang ibu dan ayah kita.
Seorang ayah yang membanting tulang dan
bekerja keras hanya untuk keluarganya. Seorang ibu yang bekerja keras membantu
perokonomian suaminya pasti demi keluarganya. Seorang ayah dan ibu yang rela
tidak makan dan keduanya memberikan
makanannya hanya untuk anak-anaknya yang
paling disayanginya.
Seorang ayah dengan tanggung
jawabnya rela bekerja siang dan malam
hanya demi anak-anaknya mengenyam bangku sekolah. Harapan orang tua adalah
anak-anaknya bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik. Seorang ayah yang
tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah hingga kuliah pasti ia
akan berusaha agar anaknya tidak sepertinya dan apapun pasti dilakukannya demi
masa depan anak-anaknya. Sungguh berharganya keluarga bagi semua orang. Tidak
akan kering air mata seorang anak yang kehilangan salah satu dari orang tuanya
karena cinta dan kasih sayang yang
diberikan keluarga dengan ketulusan yang tidak bisa dibalas dengan apa pun
juga.
Puisi untuk Bunda dan Ayah
Bunda dan Ayah
aku sangat menyayangimu
kan kuusakan semampuku untuk sukses
karenamu aku bertahan di sini
serta jauh darimu
apapun yang terjadi aku kan hadapi semua dengan semangat
mungkin tak sebanding pengorbanan Ibu nyawa untukku
saat Bunda melahirkan anakmu ini
Semoga sehat-sehat saja di sana
hening dan bebunyian jangkrik kan menghiburmu
kala rasa sakit terkadang mendera dan tak bisa kurasakan juga
hanya bisa menuntun malam untuk berdoa
di sajadah nan Bunda belikan
agar aku selalu mendekatkan diri pada ALLAH
sedikit tenang aku, ALLAH sendiri yang menjaga Bunda
Ayah makasihkan keringatmu telah kering untuk anak-anakmu
Ayah Bunda aku telah meminjam kain baju yang dikenakan tiap hari
mengusap airMata
dan keringat AyahBunda
Beliau selalu mendokan di tiap tetes sujudnya
terimakasih pada seluruh badanmu yang hanya terlukis wajah kami bertiga
AYAH BUNDA, MBAKKU, ADEKKU I LOVE U,
Kamis, 16 Mei 2013
Pengertian Kalimat Efektif
Menurut Yohanes dalam sumadiria
(2006:7) “Kalimat efektif adalah kalimat yang dengan tepat mewakili atau
menggambarkan pikiran dan atau perasaan penulis sehingga menimbulkan gagasan
yang sama tepatnya dalam pikiran dan atau perasaan pembaca”.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Minggu, 12 Mei 2013
Kalimat Efektif Wujud Strategi Komunikatif
2.1
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif
ialah jenis kalimat yang menyatakan informasi secara tajam, artinya informasi itu
tersampaikan tidak hanya dengan jelas, melainkan lebih dari itu. Kalimat
efektif juga mengandung unsur keindahan. Dalam dunia puisi, lazim disebutkan ungkapan
yang mengonsentrasikan maksud. Misalnya, ungkapan Chairil, “Gelap mendinding
buta.” Kalimat efektif itu akan memenuhi tuntutan rasional yang berupa
pemahaman isi dan tuntunan emosional yang berupa pemahaman isi dan tuntunan
emosional dalam wujud keindahan dan kemenarikan pengungkapan.
2.2
Kalimat Efektif dan Strategi Komunikatif
Dalam
sebuah pustaka (Ed. Richards), disebutkan bahwa komponen strategi komunikatif
merupakan kompetensi yang terakhir dari empat kompetensi yang selayaknya
dipenuhi oleh pembelajar bahasa kedua dan/ atau bahasa asing. Tiga kompetensi
yang disebutkan lebih dahulu ialah kompetensi gramatika, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi bidang tata wacana.
Kompetensi
strategi komunikatif mencakup dua macam tujuan, yakni (a) untuk mengatasi terjadinya
keterputusan komunikasi karena belum menandainya penguasaan bahasa yang
dipelajari, dan (b) untuk meningkatkan tingkat efektivitas komunikasi.
2.3 Kefektifan Kalimat
dalam Konteks Wacana
Kalimat
itu saling bergantung, baik dalam hal bentuk maupun dalam hal maksud. Unsur
kalimat yang satu terungkap dalam unsur kalimat yang lain. Struktur kalimat
jawaban tergantung pada struktur kalimat pertanyaannya. Begitu pula kefektifan sebuah
kalimat, tidak semata-mata terindikasikan hanya dengan kalimat yang
bersangkutan. Kalimat yang lain, terutama “tetangga” bisa menjadi pendukungnya.
2.4 Indikasi Kalimat
Efektif
Dalam
penggunaan sehari-hari, terutama dalam situasi resmi, seperti rapat, pidato,
atau pembelajaran di kelas, juga dalam bahasa tulisan, kalimat efektif terindikasikan
dalam dua bidang, yakni bidang ketatabahasaan atau gramatika, dan bidang
sosiolinguistik.
1.
Indikasi Bidang Gramatika
a.
Pilihan Kata
(Diksi)
Dalam tulisan
ilmiah begitu terkenal untuk tidak digunakan kata-kata yang bernilai konotatif.
Akan tetapi, pada suatu saat penulis tidak bisa menghindari dari pilihan dua jenis
makna. Sebagai bahan pertimbangan, jika pengguna bahasa tidak bisa menghindari penggunaan
kata-kata yang bermakna konotatif, dua prinsip di bawah ini layak dijadikan pegangan.
1. Sebaiknya dipilih
kata-kata yang berkonotasi negatif. Kata tunarungu lebih layak daripada kata
tuli.
2. Sebaiknya
dipilih kata-kata yang mengalami konotasi formal. Misalnya, kata perempuan berkonotasi
rendah, kurang terdidik, dan lain-lain. Sementara itu, kata wanita berkonotasi
terdidik, berkarier, dan lain-lain. Namun, kata perempuan sudah terkodifikasi
formal., misalnya dalam kartu penduduk atau dalam blanko-blanko isian. Dengan
demikian, kata perempuan berkonotasi rendah itu lebih layak untuk dipilih.
Dalam tulisan
semiilmiah, pidato, dan debat, penggunaan kata-kata imajinatif merupakan
komponen yang menjadi komunikasi itu menyenangkan, dan arena itu komunikatif, contoh: bukankah hujaunya pepohonan
dijalan dan ditaman-taman itu merupakan pernapasan kota metropolitan ini?
Pilhan kata pun berperan dalam
membangun struktur bentukan bahasa yang paralel. Kesan utama dari pemilihan dan
pemasangan struktur yang paralel, adalah kesan cendekiaan, kesan kemerduan
bunyi, contoh: Program membaguskan Ibu Kota bukanlah hal yang mustahil, asal
kita semua memiliki komitmen, niat, nekad, dan semangat
yang sama.
Pilihan kata pun kadang-kadang jatuh akan kata-kata
yang berbau arkais (zadul), seperti contoh dalam pembentukan frasa atau klausa pemakzulan
jabatan, mengayuh sepeda, ketika rasa malu tak berpermanai, dan lain-lain.
b. Kesejalan
Bentuk
Jika
ada bentukan-bentukan kebahasaan yang seyogyanya digunakan dalam bentukan yang
sejalan atau bentukan paralel, namun muncul dalam bentuk sebaliknya maka daya
tarik dan keterpahaman kalimat menjadi terganggu. Artinya daya ungkap kalimat
tidak optimal.
Contohnya:
(1)
Konflik tidak akan terjadi jika kedua belah pihak
bersikap jujur, berdisiplin, dan komitmen, terhadap
kesepakatan.
(2)
Sesudah terlanjur banyak
warganya, baru kemudian melakukan
tindakan keras.
Kalimat di atas, walaupun maksudnya bisa
terpahami dengan jelas, namun terkesan kaku, dan tentu saja tidak memiliki daya
tarik atau sentuhan emosi kebahasaan. Persoalannya adalah tidak
terperhatikannya prinsip bentukan sejalan dengan penggunaan bahasa. Kekuatan
kalimat akan berubah menjadi lebih baik apabila ada prinsip kesejalanan bentuk
diterapkan. Bentuk-bentuk kebahasaan kalimat
bagian yang dicetak tebal disejalankan. Dengan begitu kalimat berubah di
antaranya menjadi seperti berikut:
(1a) Konflik tidak akan terjadi jika kedua belah
pihak bersikap jujur, berdisiplin, dan
komitmen,
terhadap kesepakatan.
(2b) Setelah terlanjur banyak warganya, baru
kemudian diadakan tindakan keras.
Dibawah ini disajikan
ketidaksejalanan bentukan lain, yakni bentuka klausa atau bentukan pola kalimat
yang terkandung dalam kalimat majemuk
atau kalimat kompleks.
1.
Pada saat membaca surat itu terasa ada kejanggalan
bahasa yang digunakannya.
2.
Carilah sebuah feature di perpustakaan kemudian Anda membacanya
dengan cepat.
Kalimat di atas memiliki unsur
klausa yang tidak sejalan. Karena itu, kita rasakan ada kekuatan waktu kita
membacanya. Dengan demikian, seyogyanyalah pola-pola kalimat yang terkandung dalam
kalimat-kalimat kompleks tersebut disejalankan sebagai berikut:
1.
Pada saat membaca surat itu, terasa ada kejanggalan
bahasa yang digunakannya.
2.
Carilah sebuah feature di perpustakaan kemudian Anda
baca dengan cepat.
c.
Ketepatan dan Keeksplisitan Konjungsi
Konjungsi
merupakan penghubung antarinformasi atau antarklausa. Jika konjungsi yang
digunakan tidak tepat maka maksud kalimat tidak koheren atau tidak padu.
Demikian pula kalimat, tidak kohesif. Secara emosional kalimat tersebut tidak
memiliki daya tarik. Dengan begitu, kalimat yang terbangun menjadi tidak
efektif, bahkan menyimpang dari keteraturan. Contoh:
(1) Dengan
diadakannya kegiatan tersebut menjadikan
kampus sepi dari kegiatanberolah-raga.
(2) Akhirnya, karena mahasiswa terus-menerus
mengusulkannya dengan cara yang sangat baik, menyebabkan pimpinan universitas menyetujuinya dengan senang hati.
Jika diefektifkan
atau dijadikan kalimat yang menyamankan pembaca atau pendengar,
kalimat-kaliat di atas selayaknya diubah menjadi kalimat-kalimat berikut:
(1a) Dengan diadakannya kegiatan tersebut, kampus sepi
dari kegiatan berolahraga
(1b) Ditiadakannnya kegiatan tersebut menjadikan kampus
sepi dari kegiatan berolahraga.
(2a) Akhirnya, karena mahasiswa terus-menerus
mengusulkannya dengan cara yang sangat baik, maka pimpinan universitas
menyetujuinya dengan senang hati.
(2b) Akhirnya, usul mahasiswa
yang terus-menerus dengan cara yang sangat baik menyebabkan pimpinan
universitas menyetujuinya dengan senang hati.
Selain ketepatan penggunaan konjungsi,
keeksplisitannya pun membantu kebagusan kalimat. Kalimat bisa dibaca dengan
irama yang menyenangkan. Bahkan, lebih dari itu. Keambiguaan maksud kalimat bisa
dihindari. dibawah ini ada beberapa contoh kalimat yang tidak mengeksplisitkan konjungsi.
(1) Mendengar
berita kelulusan putranya, legalah hati mereka.
(2) Menindaklanjuti
hasil rapat pimpinan beberapa hari yang lalu, dengan ini kami informasikan hal-hal
berikut.
Kalimat-kalimat di atas tidak mengeksplisitkan
konjungsi. Karena itu, maksud kalimat menjadi ambigu dan bentuk kalimat tidak terpadu
(tidak kohesif). Demi kefektifan kalimat, selayaknya konjungsi kalimat-kalimat
itu dieksplisitkan seperti berikut:
(1a) Setelah mendengar berita kelulusan putranya,
legalah hati mereka.
(1b) Tatkala mendengar berita kelulusan putranya,
legalah hati mereka.
(1c) Tatkala mendengar berita kelulusan putranya, legalah
hati mereka.
(2a) Menindaklanjuti hasil rapat tanggal 21 Oktober 2012, dengan ini
kami informasikan hal-hal berikut.
d.
Repitisi
Repitisi atau
pengulangan sudah cukup terkenal sebagai salah satu gaya retorika yang menarik
karena diantaranya mengandumg unsur peyakinan, penegasan, dan pegonsentrasian maksud.
Unsur kebahasaan yang diulang dalam gejala repetisi ini bisa berupa pola
kalimat, bisa berupa kata dan/atau frasa, dan bisa juga gabungannya.
Contoh:
Tentang
keramahan ini, Laotse memberi kita keyakinan bahwa keramahtamahan dalam perkataan memciptakan keyakinan, keramahtamahan
dalam pemikiran menciptakan kedamaian, dan keramahtamahan dalam
memberibmenciptakan kasih.
e.
Elipsis
Ada kata elipsis
(ellipsis) dan kata eliptis. Elipsis adalah kata benda yang artinya ialah
peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya bisa diramalkanberdasarkan
konteks bahasa dan luar bahasa. Eliptip merupakan kata sifat (elliptical) yang
artinya ialah memiliki sifat yang berhubungan dengan elipsis. Kedua kata asal
ini bisa dijadikan bantuk aktif, seperti mengelipsiskan dan mengeliptiskan, dan
bisa pula sipasifkan menjadi dielipsiskan dan dieliptiskan.
Gejala elipsis bisa
menjadi indikasi kalimat efektif. Pengulangan, sebaliknya dari elipsis, yang
tidak bergaya positif sebagai repetisi, akan menganggu efektifikan kalimat.
Contoh:
Ketika
mereka pergi mengungsi untuk menghindari genangan air yang terus meningkat,
mereka tidak sempat lagi membawa atau menyelamatkan barang-barang miliknya.
f.
Kemerduan
Bunyi
Kemerduan bunyi bahasa
merupakan gejala yang diperankan dalam berbagai bentuk komunikasi. Lagu
anak-anak, puisi, kata-kata mutiara banyak memainkan gejala ini.
Contoh:
Cinta
berada di relung hati.
Walau tersembunyi.
Getarannya kuat sekali.
Bentuk bahasa yang
memerankan kemerduan bunyi tentu saja sangat menarik untuk dibaca dan untuk
didenga. Begitu pula bentuk bahasa dalam komunikasi formal, baik lisan maupun
tulisan. Dibawah ini ada beberapa contoh bentuk bahasa yang mengandung unsur
kemerduan bunyi.
Cerdas
bahasa, cerdas komunikasi.
Cerdas
bahasa, cerdas dalam berprestasi.
g.
Parafrase
dan Penunjukan
Parafrasa atau
parafrase adalah bentuk informasi yang lazimnya lebih terurai daripada bentuk
asalnya dengan maksud yang sama.
Contoh parafrase sederhana:
Indonesia bisa diparafrasakan
menjadi negeri yang dilewati garis
khatulistiwa atau negeri yang kekayaan alamnya berlimpah
Tujuan penggunaan parafrase seperti
di atas, di antaranya adalah:
1.
Untuk memberikan
penjelasan tentang sebuah kata atau sebuah pengungkapan.
2. Untuk
memberikan penjenjelasan lebih jauh tentang sebuah pengungkapan
3. Untuk
memperkaya informasi
4. Untuk
mengongkretkan maksud yang tersembunyi atau tersirat seperti dalam lirik lagu
atau dalam puisi.
h.
Variasi
Susunan Fungtor
Fungtor ialah bagian
kalimat yang memdukung fungsi tertentu, yakni fungsi subjek,predikat, objek,
pelengkap, atau keterangan.
Demi keefektifan
kalimat susunan fungtor itu tidak selalu berkontruksi S (subjek) + P (predikat)
+ O (objek) + K (keterangan). Susunan fungtor yang bervariasi bisa memberikan
bisa memberikan kesan kalimat tidak membosankan malah menyenangkan.
Contoh:
Petikan (Paragraf)
1.
Wanita, dalam kearifan
budaya Sunda, mendapat tempat terhormat. (S + K + P + O)
2. Malahan,
dalam beberapa hal, derajatnya berada di atas Kaum Adam. (K + S + P + K)
3. Namun,
tidak dapat dipungkiri, peran perempuan Sunda kerap dimarginalakan. (P1 + S1
(S2 + P2)
i.
Variasi
Panjang-Pendek Kalimat
Kombinasi atau variasi
kalimat panjang dan kalimat pendek merupakan salah satu syarat keefektifan
kalimat. Kerjasama antara kedua jenis kalimat tersebut saling mendukung untuk
masing-masing menjadi pernyataan yang menyenangkan.
Contoh (Paragraf)
Emas itu menggiurkan. Bagi
masyarakat dia menjadi bahan perhiasan yang utama. Perhiasan emas merupakan
simbol status sosial yang penting. Para raja sejak zaman Firaun sangat
mendambakannya. Kini, dalam masa krisis moneter dan ekonomi, ia juga merupakan
bentuk kekayaan yang menarik untuk disimpan masayarakat daripada uang disimpan
di bank, Lebih aman, kata orang.
(“Emas dan Minamata”. Pikiran
Rakyat)
2.
Indikasi
Bidang Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
(sociolinguistik) bisa dibatasi dengan rumusan (1) ilmu tentang bahasa yang
digunakan di dalam interaksi sosial, atau (2) cabang linguistik yang mengkaji
hubungan dan saling memengaruhinya antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Peribahasa dan ungkapan, termasuk slogan-slogan memiliki hubungan yang sangat
kental antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Objek studi sosiolinguistik dibahas
empat macam, yakni menggunakan peribahasa dan ungkapan, penggunaan slogan,
penggunaan kata-kata kiasan, dan penggunaan alih bahasa dan alih variasi
bahasa.
a.
Penggunaan
Peribahasa dan Ungkapan
Peribahasa adalah kelompok kata
atau kalimat yang susunannya tetap dan berisi kiasan dan perumpamaan tentang
nasihat, semangat hidup.
Contoh:
1.
Berhati-hatilah
dalam memilih teman “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.”
2.
Sebaiknya
kita tidak terlalu cepat mempercayai pendapat orang tentangdiri kita, ya,
“Dalam laut bisa diduga hati orang siapa tahu.”
Ungkapan atau
idiom adalah kata atau kelompok kata yang bentuknya tetap dan memiliki makna
khusus yakni makna yang tidak lagi persis sama dengan makna unsur-unsurnya.
1.
Ungkapan bahasa
Indonesia
anak bawang, anak emas,
besar kepala, dipetieskan, dikambinghitamkan, dirumahkan, hidung belang, jalan
tikus, kaki lima, kata hati, membabi buta, musuh dalam selimut, putri malu,
rendah hati, tahan banting, tanah air.
2.
Ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa lain yang sudah terserap
bhineka tunggal ika
(beraneka macam namun satu)
cipta pahala adi daya
(penciptaan karya awal yang sangat baik demi keberhasilan berikutnya)
b.
Penggunaan Kata-kata kiasan
Kata-kata itu dipilih oleh pengguna bahasa untuk
kepentingan kata kiasan atau kata imajinatif. Pembahasan kata kiasan sebagai
indikasi kalimat efektif dalam tulisan ini dikelompokkan ke dalam komponen
sosiolinguistik.
Kiasan merupakan salah satu jenis perumpamaan atau
perbandingan. Tujuan penggunaannya adalah untuk menjadikan pernyataan atau
kalimat itu tajam dalam hal makna dan emosional dalam hal bahasa. Dengan
begitu, pernyatan tersebut menjadi efektif dan komunikatif. dalam karya sastra
bentuk puisi atau dalam lirik lagu, kata-kata kiasan merupakan komponen penting
untuk menjadikan puisi itu menarik. Beberapa contoh lain yang dipetik dari
tulisan semiilmiah dan podato seseorang.
(1) Puntu
menuju penemuan obat penyakit AIDS dan kanker kini terbuka lebar.
(2) Pembobolnya
adalah ilmuwan kondang: Hervitz, Sulston, dan Brenner.
c. Penggunaan Slogan
Slogan
adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik untuk pengutaraan maksud
tertentu, seperti nasihat, pegangan hidup, pemberian semangat, prinsip
perjuangan, dan sebagainya. Karena singkat dan menarik, maka slogan mudah
diingat dan karena itu mentradisi. Dalam hal bentuknya yang mentradisi itu, slogan
tergolong ke dalam ungkapan atau idiom. Ciri khas slogan adalah isinya seperti
yang dikemukakan itu.
Contoh:
1. Kesabaran
membukakan kita semua pintu.
2. Orang sabar
kekasih Tuhan.
d. Penggunaan
Alih Bahasa
Alih bahasa merupakan pergantian bahasa atau variasi
bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain atau dari satu variasi bahasa ke variasi
yang lain dengan maksud untuk memperjelas atau memperkuat pernyataan.
Dalam pidato resmi dengan menggunakan bahasa dasar
bahasa Indonesia baku, demi semangat dan/ atau demi kejelasan informasi,
seseorang dibenarkan jika dia memanfaatkan gejala alih bahasa atau alih ragam
bahasa. Misalnya, beralih bahasa ke bahasa daerah (mungkin demi keakraban komunikasi.
Dengan begitu , diharapkan sebuah bentuk komunikasi menjadi lebih komunikatif. Contoh:
Dalam meniti karir, siapa pun hendaknya
tidak melupakan atura main yang mendasar, yakni be yourself.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat
Bahasa Indonesia dan Problematik Penggunaannya. Bandung: Yrama Widya.
Langganan:
Postingan (Atom)